Gambar: Piramida Taksonomi Bloom versi lama(1956) dan baru (2001) . (Sumber:Edunesia) |
Pernahkah anda merasa tertekan saat menghafal perkalian, sistem tata surya, tabel periodik atau tokoh sejarah selama masa sekolah? Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia adalah terlalu fokus menghafal daripada pemahaman konsep dan penguasaan materi. Bahkan, Ralph W. Tyler ( 1902-1994), seorang tokoh penting dalam Psikologi Pendidikan asal Amerika Serikat, dikenal karena kritiknya terhadap sistem pendidikan yang terlalu bergantung pada metode penghafalan.
Dalam karya-karyanya, terutama dalam buku "Basic Principles of Curriculum and Instruction" (1949), Tyler mengajukan pendekatan yang lebih menekankan pada pengembangan kurikulum dan pengajaran yang berfokus pada pemahaman, keterampilan berpikir kritis, dan aplikasi pengetahuan, alih-alih hanya mengutamakan hafalan materi.
Tyler berargumen bahwa pendidikan seharusnya membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan memecahkan masalah, bukan hanya menghafal fakta-fakta tanpa pemahaman yang mendalam. Kritik terhadap sistem berbasis hafalan ini mendorong perubahan dalam cara pandang terhadap pendidikan di Amerika, dengan lebih menekankan pada tujuan pembelajaran yang lebih holistik, termasuk kemampuan siswa untuk menghubungkan dan menerapkan apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak sekali siswa di Indonesia yang sering belajar kebut semalam. Mereka belajar hanya saat mendekati waktu ujian untuk mendapat nilai bagus dengan menghafal materi atau rumus matematika, bukan mendapatkan pengetahuan baru.
Dalam soal pilihan ganda, jika siswa pernah melihat soal tersebut sebelumnya. Maka itu merupakan prilaku akademik yang paling rendah, siswa hanya berusaha mengingat kembali jawabannya selama ujian tanpa memahaminya sama sekali.
Model Tyler mengilhami Bloom dan kawan-kawannya untuk mengembangkan taksonomi tujuan pendidikan Bloom. Menghafal atau mengingat (remember/Knowladge) merupakan ranah kognitif yang paling rendah dalam taksonomi tujuan pendidikan bloom yang masih sering dilakukan oleh siswa maupun guru di Indonesia. Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir.
Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
Level ranah ini dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Sebenarnya metode menghafal dalam belajar bukanlah hal yang salah, selama siswa memahami konsepnya terlebih dahulu. Misalnya, tak masalah siswa menghafal perkalian 1 sampai 10 dengan catatan anak tersebut memahami dengan jelas konsep perkalian yaitu pertambahan berulang. Jika siswa hanya menghafal perkalian tapi tak mampu memahami konsep dasar perkalian, jangan terkejut jika di kemudian hari siswa tersebut akan kesulitan menjawab soal matematika yang lebih rumit.
Dalam Taksonomi Bloom penting bagi orangtua dan guru untuk tak hanya menekankan menghafal dalam belajar, tapi juga pemahaman, evaluasi dan penerapan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
(dmr)
Referensi:
Adya, W. M., Utari, R., & Pusdiklat KNPK.(2011). TAKSONOMI BLOOM Apa dan Bagaimana Menggunakannya? dari 766_1-Taksonomi_Bloom_-_Retno-ok-mima-libre.pdf diakses tanggal 11 Januari 2025