Inilah yang Terjadi jika Jepang Menang Perang Dunia II dan Mendirikan Dinasti Baru di Cina


https://althistory.fandom.com.

ULAS DULU -- Tianming (天命, Mandat Langit) adalah sebuah doktrin dalam filsafat Tionghoa (Cina) yang menyatakan bahwa kaisar Tiongkok adalah orang-orang yang terpilih oleh "Tian" (天, langit) untuk memerintah. Penerima Tianming disebut sebagai tianzi (天子), yang kemudian akan menjadi kaisar dinasti. 

Tianming pertama kali digunakan oleh kaisar Dinasti Zhou (1046-256 SM) yang menggulingkan Dinasti Shang (1600-1046 SM) sebagai legitimasi bahwa mereka mendapatkan perintah dan mandat dari Tian untuk menggantikan kepemimpinan yang dinilai sudah tidak layak. 

Mandat langit ini untuk selanjutnya digunakan terus-menerus oleh berbagai tokoh kaisar sepanjang sejarah Tiongkok sebagai bentuk legitimasi memerintah. Mandat Langit diberikan kepada orang-orang yang pantas untuk memerintah, dan akan dicabut apabila mereka sudah tidak pantas melakukan tugasnya memerintah - di mana selanjutnya Mandat Langit akan diberikan kepada orang lain yang dianggap lebih pantas. 

Tergulingnya kaisar-kaisar dinasti dianggap sebagai hilangnya Mandat Langit dari mereka, di mana yang berhasil menggantikan merekalah yang mendapatkan Mandat Langit yang baru. Bencana dianggap sebagai hilangnya restu Tian untuk memberikan mandatnya kepada kaisar yang memerintah saat itu, sehingga memunculkan pemberontakan terhadap kaisar dan dinasti.

Jika Jepang mengeklaim mendirikan dinasti baru di Tiongkok dengan Kaisar Hirohito sebagai kaisar setelah menang Perang Dunia Kedua dan ingin menggunakan nama dinasti yang berbunyi dalam bahasa Tionghoa, mungkin akan disesuaikan dengan konteks dan keinginan politik mereka pada waktu itu. 

Berikut adalah beberapa kemungkinan nama dinasti dalam bahasa Tionghoa:

1.大日本皇朝 (Dà Rìběn Huángcháo): 

"Dà Rìběn" berarti "Kekaisaran Besar Jepang", dan "Huángcháo" berarti "Dinasti Kekaisaran". Nama ini mencerminkan klaim Jepang sebagai kekaisaran yang memerintah Tiongkok.

2. 新帝国朝 (Xīn Dìguó Cháo): '

"Xīn" berarti "baru", "Dìguó" berarti "Kekaisaran", dan "Cháo" berarti "Dinasti". Nama ini menyoroti ambisi untuk membawa perubahan baru ke Tiongkok di bawah kepemimpinan Jepang.

3. 东亚皇朝 (Dōngyà Huángcháo): 

"Dōngyà" berarti "Asia Timur", dan "Huángcháo" berarti "Dinasti Kekaisaran". Nama ini menekankan posisi geografis Jepang di Asia Timur dan klaimnya atas wilayah tersebut.

4. 昭和皇朝 (Zhāohé Huángcháo):

 "Zhāohé" adalah nama era dalam kalender Jepang yang digunakan selama masa kekaisaran Hirohito, juga dikenal sebagai era Showa. Nama ini bisa dipakai untuk menunjukkan dinasti yang berkuasa di Tiongkok di bawah kepemimpinan Hirohito.

Namun, skenario ini adalah spekulatif dan tidak realistis dalam konteks sejarah yang sebenarnya. Perlawanan dan perjuangan rakyat Tiongkok serta reaksi internasional terhadap klaim semacam itu kemungkinan besar akan sangat kuat dan sulit diatasi oleh Jepang kecuali blok poros benar benar menang perang dunia kedua.

(Damar Pratama Yuwanto/berbagai sumber)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.