Terungkap! Beginilah Cara Ilmuwan Membaca Aksara Mesir Kuno

Hieroglif khas Mesir di masa Graeco-Romawi, yang terpahat dalam Relief. Glif: ular, burung hantu , 'roti bun', kain terlipat.

 

Bahasa Mesir kuno merupakan bagian dari rumpun bahasa Afro-Asia dan memiliki kaitan erat dengan  bahasa Berber, Semit, dan Beja.

Bukti tertulis pertama bahasa Mesir berasal dari sekitar tahun 3200 SM, menjadikannya salah satu bahasa tertulis tertua. Saat ini, bahasa nasional Mesir adalah bahasa Arab, yang secara bertahap menggantikan Koptik sebagai bahasa sehari-hari setelah penaklukan Muslim. 

Bahasa Koptik masih dipakai sebagai bahasa liturgi oleh Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Katolik Koptik, dan juga sebagai bahasa ibu oleh sebagian kecil orang. 

Pada awalnya, bahasa ini digunakan secara lisan tanpa sistem penulisan formal. Sekitar tahun 3100 SM, masyarakat Mesir mulai mengembangkan dan menggunakan sistem penulisan hieroglif.  Bahasa ini digunakan hingga abad ke-5 Masehi dalam bentuk Demotik dan hingga abad ke-17 Masehi dalam bentuk Koptik. 

Hieroglif mencakup lebih dari 700 simbol yang merepresentasikan kata, frasa, dan konsep dalam bahasa Mesir Kuno. Simbol-simbol tersebut dapat ditulis dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, atau dari atas ke bawah, tergantung arah bacaan yang diinginkan.

Membaca aksara Mesir kuno melibatkan pemahaman tentang hieroglif, sistem penulisan yang digunakan dalam bahasa Mesir Kuno. Berikut adalah langkah-langkah untuk membaca aksara Mesir:

Langkah 1: Mengenal Jenis-Jenis Hieroglif

1. Ideogram:

Hieroglif yang mewakili ide atau konsep tertentu, seperti gambar matahari untuk "matahari" atau gambar hati untuk "hati".

2. Fonogram:

Hieroglif yang mewakili bunyi atau suara, mirip dengan huruf dalam alfabet. Contohnya adalah simbol burung yang digunakan untuk bunyi "m".

3. Determinatif:

Simbol yang tidak diucapkan, tetapi memberikan petunjuk tentang makna kata atau frasa yang mendahuluinya.

Langkah 2: Membaca Aksara

1. Membaca Ideogram:

 Ideogram seringkali mewakili objek atau konsep secara langsung. Misalnya, gambar matahari akan dibaca sebagai "ra" karena itu merupakan simbol dewa matahari.

2. Membaca Fonogram:

Fonogram dapat mewakili bunyi tunggal atau kombinasi bunyi. Misalnya, simbol burung (ð“…±) dapat mewakili bunyi "m".

3. Menggabungkan Aksara:

Gabungkan ideogram dan fonogram untuk membaca kata atau frasa. Misalnya, kombinasi gambar matahari (ideogram) dan burung (fonogram) akan membentuk kata "Ra-mes-su" (Ramses).

Langkah 3: Mempertimbangkan Determinatif

1. Determinatif:

Determinatif memberikan petunjuk tentang kategori kata yang diikuti. Misalnya, determinatif untuk manusia digunakan sebelum nama orang.

Contoh:

Jika Anda melihat hieroglif berbentuk matahari, burung, dan orang berdiri, itu mungkin akan dibaca sebagai "Ra-mes-su" (Ramses), dengan "Ra" sebagai dewa matahari dan "mes" sebagai bunyi dari burung.

Jika Anda melihat hieroglif berbentuk matahari dan air, itu mungkin akan dibaca sebagai "ra-nu" (Rano), dengan "ra" sebagai dewa matahari dan "nu" sebagai bunyi dari air.

Penting untuk Diperhatikan:

Hieroglif Mesir Kuno sering dibaca dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, atau dari atas ke bawah, tergantung pada arah gambar simbol-simbol tersebut menghadap.

Beberapa hieroglif dapat memiliki lebih dari satu arti tergantung pada konteksnya. Studi dan latihan akan membantu meningkatkan pemahaman dalam membaca aksara Mesir Kuno.

Membaca aksara Mesir kuno memerlukan latihan dan studi yang berkelanjutan karena kompleksitas dan variasi dalam sistem penulisannya.

Pada abad ke-19, para ahli mulai berhasil memecahkan kode hieroglif. Mereka menemukan bahwa hieroglif merupakan sistem penulisan logografis, di mana simbol-simbolnya merepresentasikan bunyi atau suku kata tertentu dalam bahasa Mesir Kuno.

Walaupun banyak yang sudah dipahami tentang hieroglif dan bahasa Mesir Kuno, masih terdapat banyak teks dan dokumen yang belum sepenuhnya dimengerti. Para ahli terus bekerja untuk memecahkan misteri hieroglif dan memperdalam pemahaman mengenai kebudayaan dan sejarah Mesir Kuno.

 

(Damar Pratama Yuwanto/berbagai sumber)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.