RajaBackLink.com

Inilah Suku Ainu di Anime Golden Kamuy, Pribumi Jepang yang Terpinggirkan

 Suku Ainu di Pulau Hokkaido Jepang. (Foto: Internet/Wikipedia)

Suku Ainu di Pulau Hokkaido Jepang. (Foto: Internet/Wikipedia)

Suku Ainu yang muncul di Anime Golden Kamuy merupakan masyarakat adat yang berasal dari wilayah utara kepulauan Jepang, khususnya Hokkaido, Kepulauan Kuril, dan sebagian besar Sakhalin.

Golden Kamuy merupakan sebuah seri anime yang menceritakan tentang Sugimoto, seorang veteran perang Rusia-Jepang yang berusaha mencari harta emas suku Ainu demi membiayai pengobatan istri teman masa kecilnya. Kamuy sendiri adalah dewa suku Ainu, jadi bisa dibilang Golden Kamuy berarti Emas milik Dewa.

Diduga ada lebih dari 150.000 orang Ainu saat ini; namun jumlahnya yang pasti tidak diketahui karena banyak orang Ainu yang menyembunyikan asal usul mereka karena masalah etnis di Jepang. Mayoritas orang Jepang adalah etnis Yamato terkecuali suku Ainu di Hokkaido dan sebagian Suku Ryukyu.

Suatu penelitian pada September 2019 menunjukkan orang Jepang modern mewarisi sekitar 10% genom Jōmon, diwakili oleh spesimen yang diperoleh dari situs arkeologi Funadomari di Pulau Rebun. Suku Ryukyu dan Ainu memiliki persentase gen Jōmon yang lebih tinggi dibandingkan suku Yamato. Jomon adalah istilah yang merujuk pada penduduk asli Kepulauan Jepang selama zaman Jōmon (c. 14.000 hingga 300 SM) sebelum terdesak oleh Yayoi dari daratan Korea.

Meskipun Suku Ainu telah diakui sebagai kelompok etnis asli di Jepang selain Suku Yamato sebagai Etnis asli yang paling mendominasi, mereka masih menghadapi diskriminasi dan masalah sosial yang berkelanjutan.

Iyomante adalah sebuah upacara yang dilakukan oleh suku Ainu di mana keramahtamahan diberikan kepada roh-roh kamuy sebelum mereka dikirim kembali ke dunia asal mereka. Upacara ini merupakan ungkapan penghormatan dan rasa terima kasih kepada kamuy atas anugerah yang telah diberikan kepada manusia. Melalui Iyomante, suku Ainu berusaha menjaga keseimbangan dan hubungan harmonis antara manusia dan alam semesta yang dihuni oleh kamuy.

Upacara Iyomante sering melibatkan berbagai elemen, seperti doa, nyanyian, tarian, dan pengorbanan. Dalam upacara ini, suku Ainu menyampaikan rasa syukur mereka kepada kamuy dan menjalankan tradisi warisan nenek moyang mereka. Iyomante juga menjadi kesempatan bagi komunitas Ainu untuk berkumpul, menguatkan ikatan sosial, dan memelihara identitas budaya mereka.

Dengan menjalankan Iyomante, suku Ainu berusaha untuk menjaga hubungan yang erat dengan dunia roh kamuy dan melestarikan tradisi serta kepercayaan mereka yang kaya akan spiritualitas dan keterhubungan dengan alam.

Beberapa Suku Ainu masih hidup dalam kemiskinan, dan akses mereka ke layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan sering kali terbatas. Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.

Bahasa Ainu merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Ainu, kelompok etnis asli di wilayah Hokkaido, Sakhalin, dan Kepulauan Kuril di Jepang. Bahasa ini memiliki sejarah panjang dan kaya, mencerminkan kebudayaan dan tradisi suku Ainu yang unik.

Salah satu perbedaan utama antara bahasa Ainu dan bahasa Jepang adalah dalam tata bahasa. Bahasa Ainu memiliki struktur tata bahasa yang berbeda, dengan urutan kata yang lebih fleksibel dan penggunaan kasus yang lebih kaya. Meskipun terdapat beberapa persamaan dalam kosakata dan konstruksi frase, perbedaan dalam tata bahasa membuat bahasa Ainu menjadi unik dan berbeda dari bahasa Jepang.

Dalam sejarahnya, bahasa Ainu digunakan secara lisan dan tidak memiliki sistem penulisan formal. Namun, pada zaman modern, bahasa Ainu telah ditranskripsikan menggunakan alfabet Latin atau katakana, sistem penulisan Jepang yang digunakan untuk menulis suku kata asing. Tambahan karakter khusus juga digunakan untuk menandai bunyi-bunyi khusus dalam bahasa Ainu yang tidak ada dalam bahasa Jepang.

Sayangnya, penggunaan bahasa Ainu telah mengalami penurunan yang signifikan seiring dengan kebijakan modernisasi Jepang yang dimulai pada era Meiji (1868-1912). Upaya untuk mengintegrasikan suku Ainu ke dalam budaya Jepang yang dominan menyebabkan penindasan bahasa dan budaya Ainu. Sebagai akibatnya, penggunaan bahasa Ainu telah menurun drastis, dan pada tahun 2009, bahasa Ainu terdaftar sebagai bahasa yang terancam punah oleh UNESCO.

Budaya Ainu sangat khas, dengan bahasa yang tidak ada hubungannya dengan Jepang, spiritualitas yang menyatakan bahwa roh tinggal di setiap bagian alam, tarian tradisional yang ditampilkan di acara keluarga dan festival, dan kerajinan tangan seperti ukiran kayu dan sulaman yang menggabungkan pola-pola unik. Semakin banyak orang yang mencoba menghidupkan kembali tarian tradisional berdasarkan rekaman lama dan menciptakan jenis musik Ainu baru.

Di antara berbagai makhluk dan fenomena yang ada di sekitar manusia, terdapat yang memiliki peran penting dan pengaruh kuat yang disebut kamuy, yaitu dewa-dewa roh. Suku Ainu meyakini bahwa kamuy hadir di mana-mana dan selalu mengawasi manusia. Flora, fauna, api, air, angin, gunung, dan sungai semuanya dianggap sebagai kamuy yang muncul di dunia manusia dengan memberikan anugerah seperti daging dan bulu. 

Suku Ainu memiliki sejarah yang penuh tantangan. Menurut laporan dari BBC, asal-usul mereka masih diperdebatkan, namun beberapa sarjana meyakini bahwa mereka adalah keturunan dari penduduk asli yang pernah tersebar di Asia Utara. Ainu menyebut Hokkaido sebagai "Ainu Moshiri" atau "Tanah Ainu". Pekerjaan tradisional mereka meliputi berburu, mencari makanan, dan memancing, mirip dengan banyak kelompok penduduk asli di berbagai belahan dunia.

Mereka umumnya tinggal di daerah pesisir selatan Hokkaido yang lebih hangat dan menjalin hubungan perdagangan dengan orang Jepang. Namun, setelah terjadinya Restorasi Meiji sekitar 150 tahun yang lalu, orang-orang dari daratan Jepang mulai bermigrasi ke Hokkaido.

Periode Restorasi Meiji, yang dimulai pada tahun 1868, merupakan periode modernisasi besar-besaran di Jepang. Pemerintah Jepang pada saat itu mendorong pembangunan dan kolonisasi Hokkaido sebagai bagian dari upaya untuk memperluas pengaruh Jepang di wilayah tersebut. Emigrasi massal dari daratan Jepang ke Hokkaido berdampak signifikan pada kehidupan dan budaya Suku Ainu.

Kedatangan pendatang Jepang baru menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang signifikan bagi Suku Ainu. Mereka menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan budaya mayoritas Jepang dan mengalami penindasan serta penyalahgunaan hak-hak mereka. Kebijakan modernisasi Jepang juga mengakibatkan hilangnya tanah tradisional mereka dan perubahan dalam cara hidup mereka.

Saat orang-orang Jepang daratan menjajah pulau paling utara, dan praktik-praktik diskriminatif seperti Undang-Undang Perlindungan Aborigin 1899 dimulai. Mereka memindahkan warga Ainu dari tanah tradisional mereka ke pegunungan tandus, di tengah-tengah pulau.

Pada awal abad ke-20, upaya untuk mengintegrasikan Suku Ainu ke dalam budaya Jepang yang dominan mengakibatkan penekanan terhadap bahasa, tradisi, dan keyakinan mereka. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, ada peningkatan kesadaran dan upaya untuk mendukung pemulihan, pelestarian, dan pengakuan hak-hak budaya Suku Ainu di Jepang.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, telah ada upaya untuk memulihkan dan mempromosikan bahasa Ainu. Langkah-langkah telah diambil untuk melestarikan pengetahuan bahasa Ainu, mengajarkannya kepada generasi muda, dan membangkitkan minat terhadap bahasa dan budaya Ainu. Beberapa lembaga dan organisasi telah berperan dalam memperkuat keberlanjutan bahasa Ainu, termasuk pendirian pusat-pusat penelitian bahasa dan pembelajaran bahasa Ainu di Hokkaido.

Meskipun sejarah Suku Ainu dipenuhi dengan tantangan dan perubahan, upaya yang terus berlanjut untuk menghormati, melestarikan, dan menghargai warisan mereka semakin meningkat, dan hal ini memberikan harapan bagi masa depan Suku Ainu di Jepang.

Melalui upaya ini, harapannya adalah bahwa bahasa Ainu dapat terus hidup dan berkembang, memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas budaya suku Ainu dan memperkaya keragaman linguistik di Jepang. 

Sumber:

 Kisah orang-orang suku Ainu, penduduk asli Jepang yang terlupakan - BBC News Indonesia 

 Budaya Ainu – Museum dan Taman Nasional Ainu Upopoy

 Mengenal Suku Ainu dan Fakta-Fakta Menariknya | kumparan.com

(Damar Pratama Yuwanto)

 

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.