Review Live Action Death Note (2017): Ketidaksesuaian yang Menyebabkan Kekecewaan

 Perbandingan Light Yagami versi Anime dan Live Action. (Foto: Tangkapan Layar Live Action dan Anime Death Note)

Perbandingan Light Yagami versi Anime dan Live Action. (Foto: Tangkapan Layar Live Action dan Anime Death Note)

Pada tahun 2017, adaptasi live action dari anime terkenal "Death Note" dirilis di platform streaming Netflix. Namun, sayangnya, film ini tidak berhasil menghormati atau menangkap esensi dari anime yang menjadi sumber inspirasinya. Ketidaksesuaian yang signifikan antara versi live action dan anime "Death Note" telah menyebabkan kekecewaan yang mendalam bagi para penggemar.

Perubahan dalam Karakter dan Motivasi

Salah satu aspek yang paling mencolok dari adaptasi ini adalah perubahan dalam karakter utama, Light Yagami. Dalam anime, Light digambarkan sebagai seorang jenius manipulatif dengan motivasi yang kuat untuk membersihkan dunia dari kejahatan. Namun, dalam versi live action, karakter Light menjadi kurang kompleks dan motivasinya terasa kabur. Hal ini menghilangkan elemen inti dari cerita dan mengurangi daya tarik karakter yang membuatnya begitu menarik dalam anime. 

Karakter Light Yagami versi anime yang terkenal sangat manipulatif dan populer di sekolahnya. Serta memiliki keinginan untuk mengubah dunia, malah diceritakan sebagai korban Bully di Live Action ini.

Bahkan, di anime Light Yagami tega memanipulasi Misa Amane yang tulus mencintainya, demi kekuatan mata Shinigami yang dapat membantunya membunuh L.Lawliet yang menentang posisinya sebagai Kira, tanpa peduli perasaan Misa, di Live Action ini justru Light yang harusnya jenius dan manipulatif malah dimanipulasi Misa Amane untuk menggunakan Death Note demi kepentingan Misa, akibat terlalu jatuh cinta.

Bahkan yang lebih buruk adalah bengkoknya moralitas L di Live Action ini. Pada anime, L. Lawliet yang merupakan musuh Light Yagami dengan tegas menolak menggunakan Death Note dan menyatakan jika tindakan Light Yagami atau Kira yang mengatasnamakan keadilan untuk membunuh adalah hal yang salah.

Bahkan dalam beberapa versi cerita alternatif, L. Lawliet membakar Death Note setelah kematian Light, meski sudah dibujuk Ryuk untuk menggunakan Death Note agar bisa menjadi dewa seperti Light Yagami. L kemudian berkata pada Ryuk jika Light Yagami tak mati seperti dewa. Jika L. Lawliet menggunakan Death Note maka dia tak akan ada bedanya dengan Light Yagami yang selama ini dia buru.

Namun di Akhir Live Action ini, L. Lawliet malah menggunakan Death Note yang ditinggalkan Light untuk membunuh Light Yagami yang telah membunuh Watari, Pengasuh L. Lawliet karena alasan yang emosional dan tak rasional berbeda dengan versi Anime, dimana L. Lawliet dan Pengasuhnya tewas bersama akibat kekuatan Mata Shinigami. Live Action ini merubah citra detektif terbaik di dunia menjadi pembunuh yang sama kejinya dengan Light Yagami.

Hubungan Antara Karakter Utama

Sebuah elemen penting dari "Death Note" adalah pertempuran intelektual antara Light Yagami dan detektif L. Namun, dalam adaptasi live action, hubungan antara keduanya tidak dikembangkan dengan baik. Ketegangan dan dinamika yang kompleks antara Light dan L hilang, sehingga membuat pertempuran intelektual mereka menjadi kurang menarik dan kurang memikat.

Pacing yang Tidak Tepat

Pacing yang buruk adalah salah satu masalah utama dalam adaptasi ini. Anime "Death Note" memiliki pacing yang cerdas dan menggugah, dengan setiap adegan yang membangun ketegangan secara bertahap. Namun, dalam versi live action, pacing terasa terburu-buru dan tidak seimbang. Beberapa adegan penting dilewatkan dengan cepat, sementara yang lain diperpanjang tanpa alasan yang jelas. Hal ini mengakibatkan kehilangan alur cerita yang baik dan membuat penonton sulit terhubung dengan peristiwa yang terjadi.

Hilangnya Atmosfer dan Nuansa Anime

Salah satu aspek yang membuat anime "Death Note" begitu menarik adalah atmosfer gelap, tegang, dan misterius yang berhasil ditangkap dengan baik. Namun, dalam adaptasi live action, atmosfer tersebut hilang. Film ini lebih condong pada elemen-elemen aksi dan efek visual yang berlebihan, mengabaikan nuansa yang seharusnya ditonjolkan. Akibatnya, adaptasi ini kehilangan keunikan dan daya tarik yang membuat anime menjadi begitu populer. 

 Kesimpulan

Adaptasi live action "Death Note" (2017) tidak berhasil menghormati atau menangkap esensi dari anime yang menjadi sumber inspirasinya. Perubahan dalam karakter dan motivasi, ketidaksesuaian dalam hubungan antara karakter utama, pacing yang tidak tepat, dan hilangnya atmosfer dan nuansa anime telah menyebabkan kekecewaan yang besar bagi para penggemar. Bagi mereka yang mencintai "Death Note", lebih baik tetap mengapresiasi anime aslinya dan mengabaikan adaptasi live action ini.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.