Aliando dan Sejumlah Artis Lain Pengidap OCD Butuh Sabar untuk Sembuh
Instagram Aliando Syarief. |
Aliando Syarief dalam sesi live Instagram belum lama ini mengaku mengidap gangguan obsesif-kompulsif atau Obbessive Compulsive Disorder (OCD). Aktor yang ngetop lewat sinetron Ganteng-Ganteng Serigala ini mengungkapkan, penyakit mentalnya tersebut benar-benar membuatnya terganggu dan ia telah berjuang dengan OCD extreme selama dua tahun terakhir.
Aliando tak sendiri, beberapa artis Indonesia juga sempat mengaku mengidap OCD. Di antaranya Rina Nose, Prilly Latuconsina, Olla Ramlan, Afgan Syahreza, Zaskia Adya Mecca, dan Ari Lasso.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan OCD? Untuk lebih jelasnya bisa disimak laporan healthline.com yang telah direview oleh psikiater dari University of North Dakota, Timothy J Legg.
Legg mendefinisikan OCD adalah kondisi kesehatan mental kronis berupa obsesi yang tidak terkendali menyebabkan perilaku kompulsif. Ketika seseorang mencapai titik OCD extreme seperti Aliando, itu bisa mengganggu hubungan dan tanggung jawab yang secara signifikan mengurangi kualitas hidup.
OCD pernah menjadi salah satu dari 10 daftar penyakit teratas di seluruh dunia, dan gangguan kecemasan secara umum tetap berada di antara 10 besar. Selain beban biaya pengobatan, penelitian menunjukkan hilangnya rata-rata 46 hari kerja setahun karena OCD.
OCD seringkali dimulai selama masa remaja atau dewasa muda. Pada tahap awal, gejala umumnya ringan dan terus meningkat ke fase ekstrem. Kondisi stres dapat memperburuk gejala.
OCD memiliki dua jenis gejala yang khas yaitu pikiran dan ketakutan yang tidak diinginkan (obsesif) yang membuat penderita melakukan perilaku berulang untuk meredakan stres atau kecemasan serta tidak memiliki kendali untuk berhenti (kompulsif).
Meskipun tidak ada diagnosis resmi untuk OCD extreme, banyak orang mungkin merasa gejalanya parah dan sangat memengaruhi kehidupannya. OCD yang tidak diobati juga dapat menyebabkan gejala yang lebih parah.
Gangguan obsesif-kompulsif seringkali berpusat pada tema tertentu, misalnya ketakutan berlebih akan kontaminasi kuman. Sehingga penderita bisa mencuci tangan secara kompulsif sampai kulit tangan terasa sakit dan pecah-pecah.
Gejala lain misalnya selalu ingin semua hal tertata rapi, simetris, sejajar, dan berurutan. Jadi ketika seseorang melihat sesuatu yang kotor, berantakan, atau tidak simetris, pikirannya akan mendorong untuk membersihkan dan merapikannya. Perilaku ini akan selalu menuntut untuk menghasilkan pikiran yang sama dan berulang.
Penderita OCD juga seringkali dihantui perasaan ragu sehingga memaksanya untuk memeriksa sesuatu berulang kali. Contoh paling umum seperti ragu sudah mengunci pintu atau belum, sudah mematikan kompor atau belum dan lainnya. Para penderita akan merasa bahaya selalu mengintai.
Penderita OCD (foto: pixabay). |
Sejauh ini para ahli belum menemukan penyebab pasti dari OCD. Namun beberapa faktor potensial yang berkontribusi membuat seorang OCD di antaranya, genetika atau keturunan, struktur dan fungsi otak, lingkungan yang misalnya membuat trauma sejak masa kanak-kanak.
Lantaran gangguannya beragam, perawatan OCD akan bersifat individual, tetapi secara umum pasien akan diberikan obat dan terapi. Sejauh ini, terapi perilaku kognitif (CBT) dianggap sebagai metode paling efektif untuk mengobati OCD. CBT adalah jenis psikoterapi yang membahas hubungan pikiran, perasaan, dan perilaku.
Seorang terapis akan membantu penderita menyesuaikan pikiran untuk memengaruhi tindakan. Sementara jika berisiko melukai diri sendiri, memiliki pikiran delusi, atau mengalami psikosis karena kondisi lain, rawat inap mungkin menjadi pilihan terbaik. Semua perawatan itu membutuhkan kesabaran yang amat tinggi.
(nnn)
Post a Comment