Bapak Perfilman Usmar Ismail Jadi Pahlawan Nasional
Usmar Ismail Pahlawan Nasional (foto: istimewa) |
Nama Usmar Ismail tak pernah mati meski sudah 50 tahun lalu meninggal dunia. Ia kini akan selalu dikenang sebagai pahlawan nasional.
Gelar itu resmi diberikan oleh Presiden RI Joko Widodo tepat di Hari Pahlawan tahun ini, Rabu, 10 November 201. Pemberian gelar itu diusulkan lewat Festival Film Indonesia (FFI) dan Direktur Jenderal Ditjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Pemberian gelar itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Gelar diberikan kepada sosok yang telah meninggal dunia dan dalam semasa hidupnya memberi sumbangsih besar bagi harkat dan martabat bangsa.
Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921. Ia merupakan salah satu pelopor di kancah perfilman nasional dan internasional yang membuat industri perfilman di Indonesia menjadi maju. Pada 1944, Usmar mendirikan kelompok sandiwara Maya yang juga turut menyebarluaskan berita proklamasi di masa kemerdekaan.
Kemudian di tahun 1950, Usmar mendirikan perusahaan film pribumi bernama N.V. Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang kemudian membuat film Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi). Film ini dianggap sebagai film Indonesia pertama dan kemudian hari pertama pengambilan gambarnya ditetapkan sebagai Hari Film Indonesia.
Tahun 1962, Usmar aktif mendirikan organisasi Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) di bawah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah kegiatan kebudayaan, pendidikan, dan penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada masyarakat.
Film-film buatan Umar Ismail mengajak dan menawarkan nilai-nilai nasionalisme, seperti Darah dan Doa (1950), Enam Jam di Jogja (1961), Kafedo (1953), Lewat Djam Malam (1954), Pedjuang (1960), dan lainnya. Selain itu, film Tamu Agung (1956) mendapatkan penghargaan film komedi terbaik di Festival Film Asia Pasifik di Hongkong pada 1956.
Usmar wafat pada tanggal 2 Januari 1971 dan dimakamkan di Pekuburan Karet, Jakarta.
Penobatan Usmar Ismail menjadi Pahlawan Nasional disambut bahagia dan syukur oleh semua insan film, tak terkecuali Reza Rahadian. Aktor sekaligus Ketua Komite Festival Film Indonesia (FFI) 2021 ini pun berterima kasih dan mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja secara kolektif untuk mengusulkan Usmar Ismail menjadi pahlawan nasional.
"Proses pengusulan itu panjang, sejak lima tahun lalu. Jadi sekarang, semua insan film hanya bisa memberikan dukungan dan berbahagia pastinya. Bahwa akhirnya dunia film memiliki pahlawan nasional juga," kata Reza saat diwawancarai usai berziarah ke makam Usmar Ismail di TPU Bivak, Jakarta, Kamis, 11 November 2021.
Reza juga tak memungkiri bahwa penobatan ini bisa menjadi penyemangat bagi insan perfilman untuk terus berkarya. Meski di sisi lain, menurut dia, hal ini juga menjadi tanggung jawab yang tidak mudah bagi insan perfilman generasi muda untuk bagaimana menjaga nama baik dan memajukan perfilman Indonesia.
"Artinya, beliau sudah meletakkan dasar-dasar tentang perfilman. Jadi sekarang tanggung jawabnya sineas muda untuk bagaimana menjaga martabat perfilman Indonesia, menjaga nama baik perfilman Indonesia, dan memajukan perfilman Indonesia seperti yang sudah dilakukan Usmar Ismail," kata Reza.
Sebelumnya pada Maret 2021, Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Wina Armada memberikan beberapa alasan agar Usmar Ismail mendapatkan gelar pahlawan nasional.
"Dia adalah perintis untuk semua hal di perfilman Indonesia. Pertama, dialah yang meletakkan sinema Indonesia pertama, dibuat oleh orang Indonesia, kru orang Indonesia, semuanya lah, itulah film Indonesia (Darah dan Doa) dan ceritanya menarik," kata Wina waktu itu.
(nnn)
Post a Comment