Tips Bagi Orang Tua Dampingi Anak dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Tanpa terasa tahun ajaran baru segera dimulai lagi pertengahan Juli 2021. Praktis sudah selama setahun atau dua semester anak-anak belajar dari rumah lantaran pandemi Covid-19 yang belum juga mereda.
Dita, putri kecil saya tiba-tiba bersinar mendengar ayahnya membacakan berita dari sebuah situs web perihal dibolehkannya sekolah-sekolah dibuka kembali pada Juli 2021. Tapi kebahagiaannya tak berlangsung lama, ketika selang beberapa hari kemudian ayahnya kembali membacakan berita mengenai dinas pendidikan di kota kami yang akhirnya menunda wacana pembukaan pembelajaran sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru karena angka korban pandemi Covid-19 ternyata masih sangat tinggi.
Pandemi yang sudah berlangsung selama sekitar setahun lebih ini memang "menghajar" seluruh manusia di dunia. Menghantam berbagai lini kehidupan.
Saat ini, hidup terasa berat bagi mayoritas orang. Hampir tak ada orang di sekitar saya yang tak mengeluh. Mulai dari bisnis yang merosot tajam, kehilangan mata pencarian, sampai kehilangan anggota keluarga tercinta. Benar-benar situasi yang sangat sulit. Terlebih karena kebanyakan orang tak siap menghadapi situasi darurat yang sangat berkepanjangan seperti saat ini.
Sulitnya situasi tentu juga dialami di sektor pendidikan. Ketika anak-anak sekolah mau tak mau harus diliburkan panjang. Imbasnya tentu ke mana-mana. Kita sebagai orang tua tentu merasakannya. Dari mulai harus menyediakan perangkat elektronik sebagai penunjang pembelajaran jarak jauh semacam laptop, komputer PC, atau ponsel. Menyediakan wifi atau kuota internet. Meluangkan waktu menemani mengajari anak belajar sampai menyiapkan stok kesabaran ekstra agar semua anggota keluarga tetap bisa waras.
Sekolah online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau apapun namanya tentu sebuah keadaan yang dulu tak pernah dibayangkan masyarakat pada umumnya. Namun kondisi darurat membuat kita semua harus bisa menerimanya. Sekolah online yang saat ini sedang kita jalani ternyata lumayan membebani para orang tua.
Seperti kebanyakan orang, tadinya saya juga mengeluh mendampingi anak belajar di rumah. Saya menggerutu karena merasa kerepotan ketika harus selalu standby setiap hari menemani anak belajar online. Padahal saya "hanya" ibu rumah tangga. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana lebih repotnya lagi bagi orang tua yang juga masih harus bekerja kantoran.
Di sisi lain, bagi anak-anak, sekolah online atau PJJ pada mulanya pasti menyenangkan. Di awal pandemi ketika sekolah mulai diliburkan, kedua anak saya sempat berteriak kegirangan. Tadinya mereka pikir dua pekan pertama sekolah di rumah adalah liburan tambahan yang bisa mereka gunakan semaunya. Ketika pemerintah mengumumkan dua pekan tambahan lagi sekolah di rumah pun mereka masih belum mengeluh.
Tapi ketika sampai usai Idul Fitri ternyata masih harus bersekolah di rumah, rona kecewa jelas terlihat di wajah mereka. Terutama bagi anak saya yang kecil. Belajar online bagi anak usia SD terlebih dengan karakter ekstrovert seperti gadis kecil saya, terasa sangat menyiksa. Saya tahu pasti soal itu.
Bagaimana tersiksanya dia menghadapi pandemi saat ini. Di rumah dia saya larang keras bermain dengan anak tetangga mengingat komplek perumahan kami termasuk zona merah, sekolah pun tidak memungkinkan. Padahal selama ini gadis kecil saya termasuk yang "cinta" sekolah. Sekolah bagi dia bukan cuma tempat belajar tapi juga tempat bermain, bertemu teman, bercanda, dan bersosialisasi.
Secara psikologis saya melihat tekanan lebih terasa pada anak bungsu saya ketimbang yang sulung. Bagi si bungsu, pembelajaran jarak jauh benar-benar seperti meneror mentalnya. Di tengah kejenuhan yang luar biasa dia tetap harus dibebani materi-materi pelajaran yang dikirimkan gurunya setiap hari. Belum lagi tekanan yang secara tak sadar juga saya berikan agar dia tetap bisa mempertahankan nilai-nilai pelajarannya.
Puncak kejenuhannya mungkin terlihat seperti pada saat sebelum kenaikan kelas kemarin. Gadis kecil saya bahkan pernah mogok selama satu pekan tak mau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah. Dia benar-benar tak mau menyentuh buku atau membuka video pembelajaran yang dikirimkan gurunya. Benar-benar situasi yang bisa dibilang membuat tensi emosi saya naik.
Sudah di ujung tahun pelajaran. Menjelang ulangan akhir semester si bungsu sempat pula berulah seperti itu. Dan endingnya pun bisa ditebak. Nilai-nilai rapornya menurun tajam. Marah dan kecewa pasti saya rasakan. Untungnya, suami saya bisa melihat permasalahan dengan lebih jernih. Dia selalu mengingatkan saya untuk sabar dan mencoba memahami kondisi yang dialami si bungsu.
Dari situlah saya mulai introspeksi diri, mencoba menata ulang ritme hidup yang kami jalani. Mencoba menyesuaikan lagi dengan kondisi yang ada. Ibaratnya saya akhirnya mencoba merestart ulang hidup kami.
Untunglah dunia digital semakin maju dan mudah sekarang, sehingga banyak aplikasi belajar online yang membantu orang tua dan anak dalam melaksanakan PJJ. Salah satu aplikasi belajar online terbaik adalah Ruangguru. Aplikasi Ruangguru bisa menjadi solusi orang tua yang kesusahan dalam membantu anak ketika PJJ, sehingga hubungan orang tua dan anak tetap atau bahkan menjadi lebih harmonis.
Ruangguru.com, penyedia layanan jasa dan konten pendidikan berbasis teknologi terkemuka di Indonesia, bisa membantu orang tua mengikuti perkembangan belajar anaknya. Orang tua bisa mengawasi anak-anak ketika belajar. Dari segi keamanan sangat terjamin, karena orang tua dapat memonitor anak-anak sehingga dapat hadir di sisi mereka.
Sudah menjadi rahasia umum, orang tua memiliki peran yang begitu penting terhadap pendidikan anak-anaknya. Riset menunjukkan bahwa prestasi belajar anak amat dipengaruhi oleh kualitas partisipasi orang tua. Selama ini, orang tua memperoleh informasi yang terbatas mengenai perkembangan belajar anak. Jika di sekolah, orang tua hanya tahu hasil belajar saat terima rapor akhir semester. Jika mengirim anak belajar di bimbingan belajar, orang tua juga jarang dilibatkan dalam prosesnya. Tapi di ruangguru orang tua pun bisa berperan aktif mengikuti perkembangan akademis anak.
Wajar bila ruangguru menjadi solusi berbagai kesulitan yang dialami orang tua dalam memahami materi sekolah, menemani anak belajar, serta mempersiapkan anak untuk siap menghadapi ujian kenaikan kelas. Dengan memilih ruangguru, orang tua bisa memberikan bantuan terbaik untuk mendampingi sang buah hati dalam pelajarannya.
Sungguh sekolah online atau pembelajaran jarak jauh menjadi tantangan besar bagi kita semua. Di tengah ekonomi yang menghimpit dan pandemi yang belum pasti kapan akan berakhir, para orang tua diberi beban tambahan mendampingi anak belajar di rumah menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya.
Bagi yang anaknya sudah di sekolah lanjutan mungkin tak terlalu terasa karena mayoritas anak sudah lebih mandiri. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi orang tua yang anak-anaknya masih di bangku sekolah dasar.
Tapi apa mau dikata, keadaannya memang sedang seperti ini. Selain berusaha semampu kita, bersabar, pasrah pada Yang Maha Kuasa adalah satu-satunya jalan agar kita bisa tetap waras menghadapi pandemi yang belum jelas kapan berakhirnya. Karena saya yakin selalu ada hikmah di balik musibah.
Dari kasus putri kecil saya, saya membuat kesimpulan poin-poin kecil tips mendidik dan membantu anak saat menghadapi pembelajaran jarak jauh. Berikut tipsnya.
* Bersabar. Iya harus bersabar ini yang paling utama.
* Tidak kaku pada jadwal yang ada.
* Menurunkan ekspektasi pada anak dan pada diri sendiri agar tak selalu menuntut semua hal berjalan dengan sempurna.
* Tetap beri anak kesempatan menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri. Orang tua cukup memantau hasil kerjanya kecuali bila ada materi yang anak sangat kesulitan baru diajari. Jangan sampai orang tua yang mengambil alih mengerjakan tugas-tugas anak.
* Berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan pihak sekolah untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dan orang tua selama pembelajaran jarak jauh diterapkan.
* Pilih aplikasi belajar online terbaik yang bisa membantu mendukung dan mempermudah dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh.
(Dinar K Dewi)
Post a Comment