RajaBackLink.com

Sudah Kangen Berkunjung ke Yogyakarta? Jangan Lupa Susun Itinerary


Keraton Yogyakarta (www.jedadulu.com)
 
Sudahkah ada rencana bepergian lagi jika nanti pandemi corona mereda atau bahkan menghilang? Tentu selama pandemi, banyak hal yang bisa dilakukan saat berdiam diri di rumah, termasuk mempersiapkan liburan dari jauh-jauh hari.

Meski belum leluasa bepergian ke tempat jauh, tak ada salahnya menyiapkan rencana perjalanan hingga ke rincian tujuan wisata yang harus didatangi. Sehingga, ketika waktunya tiba, Anda hanya perlu menyiapkan barang bawaan dan siap berangkat. Cusss.

Mengapa perlu membuat rencana perjalanan alias itinerary? Itinerary akan membuat perjalanan Anda memiliki tujuan, rencana anggaran termasuk transportasi dan akomodasi, serta daftar kegiatan yang jelas. Anda hanya perlu melakukan kegiatan sesuai dengan itinerary yang telah disusun sehingga perjalanan menjadi tepat sasaran atau terarah.

Para pelaku industri pariwisata memprediksi tujuan wisata lokal bakal jadi primadona usai pandemi. Orang-orang akan memilih bersantai di hotel, atau pergi ke kota-kota terdekat dari rumah.

Bisa jadi Yogyakarta dan sekitarnya masih menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Indonesia yang menyimpan ratusan obyek wisata, berbagai tempat bersejarah, hingga makanan lezat. Dengan bejibunnya obyek wisata, itinerary bisa jadi menjadi penting saat Anda menggelandang di Yogyakarta. Jika Anda berminat datang ke kota gudeg ini, rencana perjalanan liburan Yogyakarta dari tur virtual HIS Travel ini bisa jadi inspirasi.

Malioboro

Tempat wajib didatangi oleh turis di Yogyakarta ini menyimpan banyak toko menarik. Suasananya pun meriah pada malam hari ada pengamen dan pameran seni jalanan hingga naik becak atau kuda. Jangan lupa mampir ke Pasar Beringharjo dan memborong batik, terutama buat Anda pencinta belanja.

Jalan Malioboro Yogyakarta (www.jedadulu.com)


Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta telah dibuka kembali di masa adaptasi kebiasaan baru pasca-pandemi corona. Namun tetap ada pembatasan pengunjung dan protokol kesehatan yang harus dilakukan, seperti wajib memakai masker dan mencuci tangan.

Tugu Yogyakarta

Tugu Yogyakarta dibangun pada 1700-an oleh Sultan Hamengkubuwono 1. Ketika baru didirikan, bentuk tugunya berbeda dengan saat ini. Tugu Golong-Gilig dulunya memiliki bagian atas berbentuk bulat seperti bola, lambang persatuan antara penguasa Kraton Yogyakarta, raja, dan rakyatnya. Persatuan untuk mengusir penjajah Belanda, ini tak lepas dari filosofi 'Manunggaling Kawulo Gusti', persatuan raja dan rakyat tercipta atas kehendak Maha Kuasa. Tugu ini runtuh pada 1867 akibat gempa bumi besar, lalu dibangun kembali oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Hamengkubuwono VII. Bagian atasnya dibuat berbeda, mengerucut seperti tanduk kijang. Belanda disebut-sebut mengubah bentuknya untuk mengikis semangat perjuangan rakyat dan raja, tapi taktiknya gagal.

Makan Gudeg


Rasanya belum lengkap ke Yogyakarta tanpa menyantap gudeg. Ada banyak pilihan untuk pelancong, tapi salah satu yang terkenal adalah Gudeg Yu Djum yang disebut pelopor gudeg kering tanpa kuah.

Pantai Parangtritis (www.jedadulu.com)


Pantai Parangkusumo dan Parangtritis

Pantai ini dianggap sakral karena dulu disebut sebagai tempat bersemedi Panembahan Senopati yang konon melangsungkan pernikahan spiritual dengan penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Anda dapat melihat prosesi adat labuhan di pantai tersebut, sebagai bentuk syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kota Gede

Tempat ini surga untuk pencinta kerajinan perak. Dulu Kota Gede merupakan ibu kota Kerajaan Mataram, itulah mengapa banyak pengrajin emas dan perak yang didatangkan ke sana demi memenuhi kebutuhan keraton. Para pengrajin membuat benda-benda seperti tempat nasi, piring hingga gelas untuk dipakai di keraton.

Makam Raja-Raja Mataram


Ada aturan berpakaian khusus yang harus dipatuhi pengunjung ketika mengunjungi makam para Raja Mataram. Para lelaki harus mengenakan pakaian peranakan lengkap dengan kain jarik dan sorjan, sementara tamu perempuan mengenakan kemben dan bawahan batik. Semuanya bisa disewa di sana. Namun, tempat tersebut belum dibuka untuk umum di tengah masa adaptasi kebiasaan baru.

nnn

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.