Tak Perlu Panik Bila Si Kecil Kena Cacar Air, Ini Penanganannya
(Anak sakit/ilustrasi/foto: pixabay) |
Musim penghujan biasanya diikuti oleh musim penyakit. Berkurangnya intensitas sinar matahari membuat virus dan bakteri mudah berkembang-biak. Salah satu penyakit yang biasanya muncul adalah cacar air.
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella zoster. Meskipun bisa menimpa orang dewasa, cacar air pada umumnya banyak menimpa anak-anak, terutama yang daya tahan tubuhnya kurang baik.
Orangtua harus waspada bila mendapati anak dengan gejala: demam walau tidak tinggi, tidak nafsu makan, batuk, pilek, lemah, dan muncul bintik-bintik kecil berwarna merah yang lama kelamaan akan berubah menjadi semacam lentingan/lepuhan berisi cairan.
Bintik-bintik merah ini biasanya terasa sangat gatal sehingga membuat penderita ingin menggaruknya. Padahal bila digaruk biasanya malah akan memperparah penyakitnya.
Cacar air atau bisa juga disebut chickenpox umumnya memiliki masa inkubasi antara 7 sampai 21 hari dari pertama kali anak tertular sampai munculnya gejala. Dalam masa inkubasi tersebut, cacar air sudah dapat menular ke orang lain lagi walaupun gejala belum muncul. Jadi, bila mendengar ada teman anak kita yang terkena cacar, maka dalam rentang waktu tersebut, orang tua bisa bersiap waspada anaknya kemungkinan tertular.
Penyakit ini biasanya menular melalui percikan saluran napas dan kontak langsung dengan cairan dari vesikel cacar air.
Kedua anak saya sama-sama sudah mendapatkan jatah penyakit ini di usia taman kanak-kanak (TK). Namun, beda penanganan yang saya lakukan, ternyata berimbas pada kondisi masing-masing anak yang berbeda.
Pada anak pertama, kurangnya pengalaman membuat saya agak telat memberikan tindakan. Hanya berbekal "katanya" orang-orang di sekitar saya saja, saya melakukan perawatan untuk si sulung.
Waktu itu, baru di hari ketiga saya membawa si sulung ke dokter untuk berobat. Alhasil, waktu penyembuhannya relatif agak lama, sekitar 2 mingguan. Bintik-bintik cacar airnya pun tergolong sangat banyak. Merata hampir di seluruh tubuhnya.
Berbeda dengan kakaknya, si bungsu langsung saya bawa ke dokter ketika saya melihat ada bintik-bintik merah di sekitar dada saat dia sedang demam. Pertolongan yang lebih cepat membuat si kecil tak terlalu lama menderita. Bintik-bintik cacar nya pun tak terlalu banyak seperti kakaknya.
Meskipun relatif menyebalkan, cacar air bukanlah penyakit mematikan, terutama bila tak ada komplikasi yang menyertainya. Biasanya untuk mengobati, dokter akan memberikan acyclovir, sebagai obat anti virus oral untuk mengobati cacar air.
Menurut sejumlah penelitian, acyclovir dapat mengurangi hingga 20 persen jumlah bintil cacar di tubuh. Untuk orang tua, tak perlu panik bila mendapati anak terkena penyakit ini. Selain segera dibawa ke dokter, anak pun dapat dirawat sendiri di rumah.
Tetap memberi asupan makanan bergizi merupakan poin penting dalam proses mempercepat penyembuhan. Mandikan anak dengan air dingin bila gejala demam sudah hilang.
Bila masih demam, mandikan dengan air hangat yang diberikan obat antiseptik. Kebetulan yang saya gunakan adalah Dettol cair. Ini sangat membantu mencegah komplikasi infeksi pada kulit.
Berikan gel atau bedak pendingin untuk mengurangi rasa gatal. Untuk kedua anak saya, saya memberikan minyak tawon yang berguna tak hanya mengurangi rasa gatal tapi juga untuk mencegah bintik-bintik merah berkembang menjadi bintil berisi cairan.
Setelah diolesi minyak tawon, biasanya bintik-bintik merah akan langsung menciut sehingga tak sampai berkembang menjadi bintil berisi cairan. Ini dapat meminimalkan bekas cacar air di kulit.
Potong kuku si kecil agar tidak menyebabkan luka dan memperparah lesi pada kulit saat digaruk. Selain itu, harus lebih rajin mencuci tangan.
Karantinalah anak sampai benar-benar sembuh agar tidak menularkan pada orang lain. Terutama pada bayi dan ibu hamil. Karena cacar air bisa berdampak serius pada keduanya.
(Dinar K Dewi)
(Dinar K Dewi)
Post a Comment