Resolusi Bisnis 2019, Memantapkan Bisnis Online dari Teras Rumah
(damdit online) |
Paket-paket berisi baju dan celana itu milik si penghuni rumah, saya sendiri, Dinar K Dewi. Sebagai ibu rumah tangga alias full-time mom, saya sudah menjalankan bisnis berjualan celana dan pakaian dalam sejak 2015 silam. Meski berbisnis di teras rumah, para pembeli pakaian dalam dan celana tak sebatas tetangga sendiri atau warga Depok dan sekitarnya. Para pembeli baju dan celana tersebar hampir di seluruh Nusantara, dari Aceh sampai Papua.
Dari teras rumah, saya memanfaatkan telepon seluler atau kadang laptop untuk bertransaksi menjangkau kawasan yang bahkan belum pernah saya kunjungi. Pemasaran lewat online semakin memudahkan saya untuk menjangkau target pasar di seluruh Indonesia.
Terlebih lagi, dari bisnis online yang saya tekuni, saya mampu menjalani peran sebagai wirausaha 'kecil-kecilan' sekaligus ibu rumah tangga, tanpa harus mengorbankan waktu bersama keluarga. "Sekarang era digital, daripada buka tutup toko atau ruko yang sewanya mahal, lebih baik buka tutup handphone dan laptop," begitu yang selalu saya tanamkan dalam diri.
Mengurus suami dan anak tidak membatasi saya untuk menjalani passion saya di dunia kreatif dan menciptakan hal-hal baru. Saya melihat peluang yang ada dan memanfaatkan passion itu untuk membangun bisnis kecil yang berlabel Damdit Online. Kata Damdit berarti Damar dan Dita, dua buah hati saya.
Setiap hari orang pasti memakai baju dan celana, jadi setiap hari pasti ada yang butuh baju atau celana yang nyaman dipakai. Dari situ saya melihat peluang bisnis ini besar.
Saya menyadari, para 'pemain' bisnis fashion sangatlah banyak. Bisnis yang sangat padat dan persaingan ketat. Namun saya memiliki trik agar produk saya terjangkau bagi semua kalangan. Saya tak memilih kulakan di pasar-pasar grosir, seperti di Cipulir dan Tanah Abang. Terlalu ramai (dan terlalu jauh dari rumah hehehe) jika pesaing mengambil barang di situ.
Belum lagi, harga jual dari kulakan di pasar-pasar itu sudah tinggi jika akan dijual ke tempat lain. Tak hanya itu, kalau dijual online, kita harus memperhitungkan ongkos kirim yang dibebankan ke pembeli.
Saya lantas memilih bekerja sama dengan konveksi kecil di sekitar rumah dan memproduksi sendiri sejumlah barang dagangan. Untuk menekan biaya, saya memanfaatkan kain sisa konveksi atau pabrik. Kain-kain yang dijual per kilogram seperti ini bisa ditemukan di eks Gedung AURI Tanah Abang dan di Jakarta Kota.
Bekerja sama dengan beberapa konveksi kecil di Depok, saya pun bisa menjual beberapa produk seperti celana pendek, legging, aladin, daster anak, dengan harga miring di bawah Rp 10 ribu. Bahkan beberapa produk hanya dijual tiga ribu rupiah per pcs.
Dari mencari ide lewat googling dan komunitas blogger, saya menemukan pula barang yang bisa didapatkan lewat distributor online dan pusat grosir online. Cara ini kemungkinan akan saya coba lantaran tak perlu jauh-jauh lagi mencari barang, namun barang akan diantarkan langsung ke kediaman saya. Nggak ribet sepertinya.
Selama ini saya tak khawatir produk saya akan menumpuk di gudang atau tak akan diserap pembeli. Apalagi di era digital seperti saat ini, saya bisa memasarkan produk saya lewat ranah online. Sejumlah marketplace gratis seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee, serta yang terbaru Ralali bisa menjadi 'ruko' andalan saya untuk berjualan. Jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram pun bisa saya manfaatkan untuk memasarkan produk.
Saya pun bersyukur di kediaman saya tersebar sejumlah agen ekspedisi untuk mengirim barang-barang dagangan. Ada PT Pos Indonesia, JNE, J&T, TIKI, dan Wahana. Agen ekspedisi yang dekat tentu sangat memudahkan bagi siapa saja yang berbisnis online.
Namun demikian, memasuki tahun 2019 ini, persaingan bisnis jualan celana dan pakaian dalam semakin banyak dan ketat. Pemain baru banyak bermunculan. Ini menjadi tantangan saya dan Damdit Online untuk lebih meningkatkan pelayanan, lebih responsif, dan lebih cepat mengirim barang.
Jika ada waktu, saya pun masih akan mencari sumber-sumber konveksi atau UKM yang memproduksi barang sesuai dengan kriteria yang saya jual. Saya pun ingin (jika ada tambahan modal lagi) dagangan saya lebih variatif. Saya selalu percaya hasil tak akan pernah mengkhianati proses.
(Dinar K Dewi)
Post a Comment