Hati-hati, Ibu Rumah Tangga Merangkap Wanita Karier Rawan Alami Stres Kronis
(Para wanita karier/ilustrasi/foto pixabay) |
Terkadang ini menjadi pilihan yang dilematis bagi wanita yang sudah berkeluarga di era yang serbamodern. Ingin sukses menjadi wanita karier atau menjadi ibu rumah tangga idaman?
Menjadi wanita karier memang tidaklah mudah, Anda harus pandai membagi waktu antara karier dan peran Anda sebagai ibu sekaligus istri di rumah. Namun ibu rumah tangga juga harus tahu cara menjadi wanita cerdas. Meski di rumah, ia dituntut untuk pandai dalam segala hal, seperti memasak dan mendidik anak.
Tak ada yang salah bila sebagai wanita Anda memilih menjadi wanita karier plus ibu rumah tangga atau menjadi ibu rumah tangga. Tentu semua ada alasan dan konsekuensinya.
Namun demikian, sebuah penelitian baru menemukan tingkat stres para ibu yang memiliki dua anak dan berkarier di luar rumah meningkat secara signifikan. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari University of Manchester dan University of Essex, Inggris.
Para peneliti menganalisis data sekitar lebih dari 6.000 orang yang dikumpulkan oleh The UK Household Longitudinal Study. Studi nasional, yang diterbitkan dalam jurnal British Sociological Association Journal Sociology, ini mengumpulkan berbagai informasi dari rumah tangga di seluruh negeri, termasuk kehidupan kerja warga, tingkat hormon warga, tekanan darah, dan pengalaman dengan stres.
Para peneliti menilai, 11 biomarker yang terkait dengan stres kronis di antara para peserta penelitian. Menurut temuan tersebut, seperti yang dilansir dari Independent, Senin, 28 Januari 2019, tingkat keseluruhan biomarker yang terkait dengan stres kronis adalah 40 persen lebih tinggi di antara wanita yang memiliki dua anak dan bekerja penuh waktu, dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak dan juga bekerja penuh waktu.
Tingkat keseluruhan biomarker yang terkait dengan stres kronis adalah 18 persen lebih tinggi di antara ibu dengan satu anak dan pekerjaan penuh waktu. Para peneliti juga menemukan wanita dengan dua anak yang bekerja dengan jam kerja dikurangi memiliki tingkat stres kronis 37 persen lebih rendah daripada ibu yang bekerja dengan jam kerja tidak fleksibel.
Menurut The American Institute of Stress, gejala stres kronis meliputi lekas marah, cemas, depresi, sakit kepala, dan susah tidur.
Dalam riset ini, peneliti mengesampingkan faktor gaya hidup lain yang mempengaruhi temuan. Faktor-faktor ini termasuk hal-hal seperti usia, pendapatan, etnis atau tingkat penddikan. Konflik antara pekerjaan dan keluarga memicu peningkatan ketegangan psikologis, tingkat stres yang tinggi, dan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.
Kondisi kerja yang tidak fleksibel terhadap tuntutan keluarga ini, seperti jam kerja yang panjang, juga berdampak buruk pada reaksi stres seseorang. Peneliti pun menyatakan jam kerja yang fleksibel bermanfaat memastikan para pekerja dapat mencapai keseimbangan kehidupan kerja yang memuaskan.
(Dinar K Dewi)
Post a Comment